Senin, 12 Oktober 2009


Dalam sejarahnya Islam pernah mengalami puncak kejayaannya, yaitu pada masa bani Ummayah dan bani Abbasiyah dengan ditandai oleh kemajuan di segala lini. Pada periode ini Islam meluas di Barat melalui Afrika Utara sampai ke Spanyol, di Timur melalui Persia sampai ke India. Pada masa kemajuan itu, Islam melahirkan para pemikir dan ulama besar dalam berbagai bidang ilmu. Namun setelah itu, kaum muslim mengalami stagnan atau kemandekan bahkan kemerosotan.

Terdapat pertanyaan besar yang ingin dicarikan jawabannya terhadap kondisi ummat Islam beberapa abad belakangan. Pertanyaan itu ialah limadza taakhkhor al muslimun wa taqaddama ghairuhum? (mengapa ummat Islam terbelakang dan yang selain Islam (Barat) maju?). pertanyaan itu timbul dari hasil kontak dengan dunia barat. Umat Islam menyadari kalau mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan dunia Barat. dari pertanyaan itu, para pemikir dan pembaharu di kalangan ummat Islam mencari akar masalah yang menyebabkan ummat Islam mengalami kemunduran.

Terdapat beberapa factor yang menyebabkan kemuduran ummat Islam salah satunya ialah isu pintu ijtihad tertutup yang menyebabkan ummat Islam berpaling dari al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama. Ummat Islam cenderung mengembalikan pada madzhab tertentu dalam mengatasi persoalan yang dihadapinya. Sifat jumud membuat ummat Islam berhenti berpikir dan berusaha. Padahal ummat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan. Efek dari kejumudan dan taqlid buta serta mementingkan kepentingan madzhad itu ialah perpecahan di internal ummat Islam. Sehingga ummat Islam tidak bersatu sebagai ummatan wahidah.

Dari kondisi di atas, ummat Islam harus melakukan pembaharuan dengan membuka kembali pintu ijtihad. Modernisasi menjadi isu besar di kalangan ummat Islam. Terdapat banyak pembaharu yang berusaha memberikan dan menyumbangkan pemikirannya untuk memajukan kembali ummat Islam. Dari semua pemikiran yang diberikan oleh para pembaharu, terdapat dua perspektif yang berbeda; Pertama, mereka yang berusaha kembali pada al-Qur’an dan Hadits sepenuhnya dengan mengabaikan dan tidak menerima kemajauan Barat (eksklusif). Kedua, mereka yang terlalu apresiatif terhadap Barat, sehingga cenderung kebarat-baratan.

Namun ummat Islam harus bersifat objektif dalam melihat Barat dan Islam itu sendiri. Dalam neomodernismenya Fadzlur Rahman ummat Islam harus mengembangakan sikap kritis terhadap Barat maupun terhadap warisan-warisan kesejarahan sendiri. Ummat Islam harus mengkaji harus mengkaji dunia Barat beserta gagasan-gagasannya secara obyektif begitupun dengan gagasan-gagasan dan ajaran-ajaran dalam sejarah keagamaannya sendiri.

Oleh: Ahmad Hariyadi


Selasa, 08 September 2009

Seluruh alam semesta ini adalah puzzle. Tapi yg aneh adalah di beberapa tepian puzzle akbar itu, terdapat sekelompok makhluk yang merasa diri mereka adalah puzzle.

orang menangis ketika sedih dan orang juga menangis ketika bahagia.

orang tertawa ketika melihat sesuatu yang indah, orang juga tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.  karena mereka tau itu hanyalah canda.

Cecelia dan Malaikat Ariel

Senin, 15 Desember 2008

Sebuah Refleksi

cobalah kita renungkan... 
sebenarnya apa tujuan manusia menjalani hidup di dunia ini? 

manusia hanya sebentar ikut berpartisipasi dalam perjalanan sejarah kehidupan. paling kurang lebih 70 tahun-an. padahal kehidupan ini berjalan selama beribu-ribu tahun lamanya. 

apakah manusia tidak menyadari betapa kecilnya mereka, jika dibandingkan dengan kekuasaan tuhan... 
caba bandingkan dengan ciptaannya saja. adakah yang tahu, dimana batas alam semesta ini... 
subhanallah!


diperlukan suatu pemikiran dan perenungan yang mendalam untuk memutuskan sesuatu menuju kebijaksanaan. kebebasan manusia hanya bisa memilih

Rabu, 16 April 2008

Sebuah Renungan

Selayaknya untuk kita ketahui untuk apa kita diciptakan dan hidup di muka bumi ini. Kita diciptakan oleh Allah dengan tujuan dan tugas tertentu. Tujuan dan tugas itu tidak lain adalah sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Ketika dihadapkan terhadap tugas kita sebagai khalifah Allah di muka bumi, maka banyak dimensi yang harus kita lakukan untuk memenuhi tugas tersebut. Akan tetapi inti dari semua yang harus dilakukan oleh manusia adalah beribadah kepada Allah



وما خلقت الجنّ والإنس إلاّ ليعبدون


”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”

Jadi kita sebagai makhluk ciptaan Allah sekaligus wakil-Nya di bumi ini, harus senantiasa beribadah kapadanya. Ibadah di sini jangan hanya diartikan sebagai ibadah mahdah (hanya melaksanakan rukun Islam yang lima), namun juga ibadah secara sosial.

Terdapat tiga hubungan yang harus dibangun dan dibina dengan baik oleh kita sebagai manusia ciptaan Allah;

1. Membina hubungan yang baik dengan Allah

Kita dikatakan baik ketika kita tahu balas budi. Allah selalu melimpahkan nimat-Nya kepada kita. Betapa besar nikmat yang diberikan kapada kita. Oleh karena itu, kita harus selalu bersyukur atas mikmat yang diberikan kepada kita. Selain itu kita harus menyadari bahwa kita adalah makhluk yang terbatas. Karena itu kita butuh terhadap sesuatu yang tidak terbatas (Allah). Jadi kita harus selalu minta pertolongan kepada-Nya dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan dan rintangan yang menghadang.

2. Membina hubungan yang baik sesama manusia

Selain hubungan yang baik dengan Allah, kita juga harus membina hubungan yang baik sesama manusia. Kita dikatakan manusia yang baik ketika kita bisa memberi manfaat kapada manusia lain. Tugas kita adalah mengajak sesama kepada yang baik, dan mencegah kejahatan yang terjadi (amar ma’ruf nahi mungkar) serta menciptakan kedamaian dalam masyarakat.

3. Membina hubungan yang baik dengan lingkungan atau alam

Kita harus menyadari bahwa kita butuh terhadap alam. Kita butuh minum dan makan, yang itu semua berasal dari alam. Kita harus menjaga kelestarian alam semesta dan harus menjaga kesimbangannya. Ketika kita bersikap baik terhadap alam, alam juga akan bersifat baik terhadap kita, begitu juga sebaliknya.

Teologi Tuhan Telah Mati, relevankah dengan kondisi Indonesia sekarang?

Melihat masyarakat indonesia yang notabene mayoritas Islam seharusnya tercipta masyarakat yang islami, yaitu masyarakat yang damai dan lingkungan yang sehat. Tapi mengapa banyak kejahatan yang terjadi di negeri yang penduduknya mayoritas Islam ini. Banyak bencana alam terjadi di negeri ini. Yang paling parah adalah pejabat yang katanya juga seorang ulama melakukan korupsi. Apakah orang yang seperti itu dikatakan sebagai orang yang ber-Tuhan?

Kejahatan yang merajalela, korupsi sampai berjama’ah, dan bencana alam terus terjadi di negeri ini. Mengapa hal itu bisa terjadi di negeri yang ber-Tuhan?. Apakah Tuhan telah benar-benar mati dalam masyarakat kita sehingga berani melakukan kejahatan? Dan apakah masyarakat kita sudah tidak sayang lagi terhadap dirinya sehingga berani merusak lingkungan yang berakibat terjadinya bencana alam?

Wallu A’lam.

Rabu, 02 Januari 2008

Yakin Usaha Sampai

untuk mencapai suatu yang kita inginkan (menuju cita-cita), kita harus punya komitmen dan keyakinan bahwa cita-cita itu pasti akan kita capai. namun keyakinan saja tidak cukup untuk membawa kita pada cita-cita yang kita inginkan, kita harus juga haru melakukan usaha yang maksimal dan kesabaran serta berberdoa kepada Allah. kalo semua itu sudah kita lakukan saya yakin keinginan atau cita-cita kita pasti tercapai. ok!

Senin, 17 Desember 2007

Menjadi Manusia Sejati

setiap manusia berusaha menjadi yang terbaik meskipun ia tidak akan pernah menjadi yang terbaik. manusia selalu berusaha mendapatkan keinginan atau cita-citanya. hal ini tidak mengherankan karena manusia punya ambisi. dan hal itu sangat diperlukan agar bisa maju. namun manusia sekarang ini ingin memperoleh sesuatu secara cepat. budaya instan sudah mendarah daging bagi manusia sekarang. pada hal untuk mencapai sesuatu itu memerlukan proses. diperlukan kesabaran dan kerja keras serta waktu untuk memperoleh hasil yang baik.
namun apa sebenarnya tujuan hidup manusia?
oleh karena itu, perlu disadari posisi manusia hidup di muka bumi. yang jelas dalam Islam posisi manusia di muka bumi sebagai kholifah Allah. terdapat tanggung jawab yang harus dijalankan oleh manusia. manusia diciptakan untuk untuk beribadah kepada Allah, baik ibadah secara vertikal (ibadah mahdah) maupun ibadah horizontal (ibadah sosial). kedua-duanya harus seimbang, kita harus menjalankan syariat agama dan berdo'a minta pertolongan kepada Allah, karena kita terbatas. selain itu kita harus selalu berbuat baik kepada sesama dan lingkungan kita karena sebaik-baik manusia ialah ketika manusia itu bisa memberikan manfaat bagi yang lain.
* Yakin Usaha Sampai*
Ketua Umum HMI Kom. Ushuluddin Sunan Ampel 2007-2008. Email: hary_yd@yahoo.com